Saat itu, saya masih duduk di bangku SMU, kalau ga salah kelas 2-3. Dulu karena masih ababil, band favorite saya, The moffatts. Mereka datang ke Bandung untuk konser di Sabuga-ITB. Dulu tiket paling murahnya itu kalau ga salah lagi he..he..he…300K dan konsernya pun malam hari jadi sudah pasti tidak mengantongi tiket dan izin dari orang tua.
Dengan modal nekat, saya dan 2 orang sahabat saya bolos pelajaran computer dan dari jam 3 Sore sudah menunggu di Sabuga. Ga tau apa yang saat itu ada di pikiran kita bertiga. Tapi seingat saya kita menunggu keajaiban yang membuat seseorang berbaik hati membukakan pintu secara gratis untuk kita.
Akhirnya kita bertiga menunggu di pintu belakang konser. Saat itu kita membidik seorang security dengan tampang family man nya. Kita bertiga bermaksud mengetuk hati Si Bapa ini, siapa tau dia mau nyelipin kita lewat pintu rahasia.
Alih-alih mendapatkan free pass, kita malah dibawa ke ruang monitor untuk menonton konsernya di sana. Harusnya sich kita bersyukur masih bisa menyaksikan konser mereka secara komplit dari sini. Tapi lagi-lagi karena mental ababil, kita terus merajuk untuk dibawa ke backstage.
Bapa satpam ini (sorry namanya dirahasiakan) memang tersentuh melihat kegigihan kita saat itu. Katanya kita mengingatkan dia dengan anaknya, sampai akhirnya kita bertiga disuruh tetap berada di ruang monitor sampai dia menemukan cara untuk membuat kita masuk.
Dari sana, kami melihat Frank Moffatts a.k.a Bapanya The Moffatts mulai memasuki gedung konser. Tapi kami sama sekali tidak melihat anak-anaknya.
Setelah lama menunggu, kru TV mulai berdatangan dan ada beberapa orang duduk dekat kami, salah satunya Bapa dengan perawakan kecil ini. Kebetulan namanya tidak bisa saya ingat lagi. Ternyata dia adalah driver yang membawa Moffatts bersaudara. Saat ini dia bilang The Moffatts sedang check sound, dia menawarkan kami untuk mengambil gambarnya dengan camera kami.
Setelah masuk beberapa lama, dia keluar lagi dengan camera kami. Saat itu kami masih memakai camera film jadi tidak bisa langsung melihatnya. Dasar ababil, masih saja belum puas dengan apa yang baru saja didapat. Pa satpam yang saat itu melihat muka cemberut kami akhirnya mengizinkan kami untuk kembali lagi ke ruang monitor.
Konser sudah berlangsung selama ½ jam, harapan kami perlahan mulai pupus. Sampai akhirnya, seorang kru TV duduk di sebelahku dan dia sepertinya takjub dengan usaha kami. “Kamu bisa pake ID saya untuk masuk ke backstage.” Hell ya! Saya langsung berbunga-bunga seperti baru saja mendapatkan jackpot. Tapi kemudian, saya melihat kedua teman saya, mereka masih tidak bisa masuk. Akhirnya mereka membiarkan saya masuk supaya bisa mengambil gambar lebih jelas lagi.
Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata perasaan saya waktu itu. Saya berdiri di backstage dan Scott Si sulung dari The Moffatts duduk di tangga panggung tepat di depan saya. Saat itu adik-adiknya sedang membawakan lagu yang memang bukan bagian dia menjadi vocalnya. Sempat juga ada rumor di majalah kalau Scott saat itu sedang sakit perut. Who knows?
Setelah 5 menit ternganga, Sheila Moffatts ibu tiri mereka berdiri tepat di sebelahku. Tanpa basa-basi lagi saya menghampiri dia untuk foto. “May I take a picture with you?” Sheila mengangguk dan duduk di atas panggung, sedangkan aku berdiri di depannya. Yess! Bukti buat temen-temen di sekolah kalau aku berada di backstage. Kalian tahu? Wangi rambut Sheila saat itu masih saya ingat sampai sekarang. Saya yang sudah menunggu dari sore dan sempat kehujanan hingga berubah menjadi kucel.
Sheila menghilang entah kemana setelah sesi foto itu. Beberapa saat kemudian, kedua sahabat saya berhasil masuk dan akhirnya kita bisa nyanyi bareng The Moffatts di bawah. Sungguh tidak bisa dipercaya menyaksikan mereka perform sedekat ini.
Drivernya The Moffatts tadi menghampiri kami. “Ayo. Kalau kalian mau lihat mereka keluar gedung sekarang.” Tapi kami menolak tawarannya karena mereka masih belum say goodbye kepada fans nya, jadi kita berasumsi mereka masih akan muncul lagi. Driver itu akhirnya keluar meninggalkan kita, dasar bodoh! padahal jelas-jelas dia itu drivernya, kalau dia pergi berarti mereka juga pergi. Damn! Mereka benar-benar tidak muncul lagi.
Akhirnya dengan setengah puas, kita keluar melalui pintu belakang dan mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang terlibat dalam acara penyusupan kami ini.
Keesokan harinya, di sekolah kita mendadak menjadi selebriti. Beberapa fans The Moffatts di sana meminta foto mereka yang kami ambil.
Setahun setelah kejadian itu kita masih keep in touch dengan SI Pa Satpam yang kebapaan. Salah satu sahabat saya yang memang mempunyai warung Padang, masih rajin mengirimi Bapa ini Nasi Padang. Thank you so much pa, you make our dream come true.
Kenapa saya menulis cerita ini sekarang? Karena beberapa waktu lalu di Twitter B-radio membahas tentang The Moffatts. Gini bunyinya “Masih inget ga kalian sama band yang satu ini, Miss you like crazy-The Moffatts. Kemana ya mereka sekarang?” Saya langsung balas “Jadi inget dulu dapet ID masuknya konsernya di Sabuga dari Kru TV, gratis dech! Plus nonton di backstage dapet foto sama Sheilla Moffatts.” Dan ternyata B-Radio balas mention “Keren.”
Emang kalau dipikir-pikir keren juga ya, modal nekat asal selamat. Tapi kembali lagi ke jodoh, mungkin saat itu memang jodoh saya bertemu dengan The Moffatts family. We miss you guys!