Senangnya Berbelanja Ke Pasar Tradisional

Mungkin untuk sebagian orang, belanja ke pasar traditional benar-benar malas atau bahkan enggan karena kotor. Tapi lain halnya dengan saya. Untuk kebutuhan masak-memasak, saya lebih suka berbelanja di pasar traditional.

Di sana lebih komplit dan harganya miring dibanding di supermarket. Guess what? Jajanan pasar tempo doeloe yang tidak bisa didapatkan di supermarket, tersedia di sana. Dengan sekali jalan saya bisa mendapatkan bahan makanan juga camilan dan macem-macem makanan lainnya yang tidak bisa didapat di supermarket.

Biasanya saya pergi ke pasar setiap 3 hari sekali, karena jaraknya juga tidak jauh dari rumah. Hanya 5 menit dengan berjalan kaki, saya sudah bisa sampai di sana. Pasar yang saya kunjungi termasuk pasar kecil. Lebih mirip sebuah gang yang panjangnya kurang lebih hanya 150m. Di kanan kirinya banyak kios dan ada juga pedagang emper. Kalau dilihat sekilas saja kurang lebih ada 60 kios-kios kecil di sini, belum termasuk pedagang emper.

Biasanya saya masuk lewat jalan belakang karena arah rumah saya di daerah situ. Di sana kita sudah disambut dengan pedagang sandal emper dan tukang sayur emper. Dagangan tukang sayur emper ini sama dengan dagangan tukang sayur yang suka berkeliling ke komplek-komplek. Lalu ada juga gerobak kecil yang menjual berbagai accessories. Di sebrang gerobak ini ada tukang buah potong dan nasi kuning.

Sekarang kita mulai belok kanan. Ada gerobak Si Bapa yang menjual kerupuk blek yang sudah disusun per sepuluh biji setiap torosnya. Bapa ini juga menjual ubi mentah dan buah musiman. Biasanya kalau ga mangga, jeruk, atau jambu biji. Bersebelahan dengan Bapa ini ada ibu penjual sayur emper dan kaos kaki emperan juga. Di sebelahny lagi ada gerobak yang menjual macam-macam gorengan. Dan sebelahnya lagi ada ibu juga, yang berdagang rempah-rempah yang sudah dibungkus kecil dan ada juga macam-macam snack, tapi yang dijual ibu ini selalu dalam jumlah kecil tidak terlalu banyak dagangannya. Ibu ini berjualan dengan hanya memakai meja alakadarnya. Di sebelah ibu ini ada Bapa penjual kerudung emperan, kalau dilihat sekilas, barang dagangannya tidak kalah menariknya dengan barang-barang yang dijul di toko-toko. Sebelah Bapa ini ada Si Emang penjual pukis, bandros dan martabak mini. Harga pukis dan bandrosnya Rp. 750,- sedangkan martabak mini Rp. 1.000,- Banyak sekali fans berat jajanan ini, saya saja bisa sampai ½ jam kalau mengantri. Makanya saya suka memesan dulu dan berkeliling belanja, pulangnya baru saya ambil.

Di sebelah dan di sebrang tukang pukis ini ada kios hasil bumi/ sembako. Dari sini mulai banyak berjejer toko hasil bumi lainnya sampai ke tengah pasar. Ada juga toko grosir makanan dan minuman. Biasanya untuk warung-warung eceran membeli stok di sini, kalau saya sendiri pernah berbelanja di sini untuk bingkisan ultah anak saya.

Di depannya ada emperan macem-macem underwear. Dari ukuran anak sampai dewasa. Dari bra, panty sampai kaos dalem.

Di sebelah toko hasil bumi tadi ada kios yang menjual tape singkong, ulen mentah, dan kadang ada ali agrem (makanan yang terbuat dari  tepung beras dan gula merah lalu dibentuk cincin dan digoreng). Tapi saya belum pernah sekalipun berhenti di kios bapa ini, ga tau kenapa. Di sebelah bapa ini ada tukang VCD dan DVD bajakan. Wow, stop piracy CD and cassette ha…ha..ha… Di sebelahnya ada toko kelontongan.

Di seberang toko kelontong ini ada kios kelapa parut. Maju sedikit ada kios sayuran, dan di sebelahnya ada Si Emang penjual tahu, tempe dan tempe mendoan mentah langganan saya. Sebelahnya ada kios kelapa parut lagi dan di seberangnya ada ibu penjual macam-macam kue. Sebenarnya ibu ini duduk di depan kiosnya dan menggelar emperan untuk dagangannya, padahal dia mempunyai kios yang selalu ditutup dan lebih memilih berdagang di depannya…Hhmmm that’s weird! Dari mulai roti tawar, roti isi, bacang, kue apem. Kremes, pop mie, kue mangkok, bolu kukus, brownies, donat, serabi, wafel, pastry, biscuit, rainbow cake, nagasari, bugis, sllllrrruuuupppp…bikin ngiler lagi dech!

Maju sedikit ada toko kelontongan lagi dan lagi-lagi kios VCD dan DVD bajakan he…he..he..Di seberangnya ada kios beras. Di pasar ini hanya ada 2 kios beras, ini dan di depan pintu masuk. Di depan kios CD ada emperan baju-baju anak  mulai harga 5k.

Ada juga kios khusus menjual baso dan kelengkapannya, kalau ga salah hanya ada 2 juga di pasar ini. Selain menjual baso dan kelengkapannya kios-kios sejenis ini juga menjual makanan-makan kemasan beku seperti, sosis, nugget, rolade, ada juga cireng mentah, tahu bulat, siomay, tahu kering, kerupuk, bawang goreng siap pakai, dll. Di sekitar sini juga ada 2 kios ayam potong, sementara yang satu lagi terletak di barisan depan. Maju sedikit dari sini ada kios pindang.  Hanya ada 2 kios pindang di sini dan dua-duanya buka mulai pukul 10 siang, kenapa harus sesiang itu mang? Ada pindang bandeng biasa, pindang presto, pindang tongkol, pindang deles juga. Di sebelahnya ada penjual tahu tempe lagi dan di sebelah kios ini ada juga pedagang ikan basah.

Di seberang Ibu penjual ikan basah ini ada ibu penjual masakan yang jadi langganan saya, tapi bukan seperti warteg. Ibu ini menyajikan masakannya yang dia masak mendadak. Misalkan begini, dia membuka kiosnya jam 7 pagi. Dia memasak sayur nangka tahu dan urap singkong. Dia akan menjual kedua jenis masakan itu dulu sampai habis, baru dia memasak menu baru lagi. And for the record, di sini dengan membeli senilai Rp. 3.000,- akan mendapatkan makanan sebanyak 2 porsi orang dewasa, saya sendiri tidak tahu berapa untung yang didapat ibu ini dengan  menjual begitu murah dan dalam jumlah banyak pula. Makanan fav saya di sini urap sayuran dan urap singkong, mmmmhhhhh…yummy! Menu yang suka di jual di sini selain tadi yang saya sebut, ikan mujair goreng crispy, comro, pepes ikan, pepes usus ayam, sayur lodeh, sayur sop, dan kadedemes (Kulit singkong yang sudah dibersihkan dimasak dengan campuran oncom dan rasanya pedas), semuanya dimasak dan dijual secara bergiliran.

Di sekitar sini juga ada kios kue seperti yang tadi di belakang. Tapi di sini tidak terlalu beragam dagangannya, paling hanya ada 20 macam kue saja termasuk roti isi juga.

Maju sedikit, ada kios penjual telur. Hanya ada satu kios telur di sini. Ibu yang menjualnya berkulit putih dan masih tampak cantik walaupun di usia paruh baya. Dari telur ayam negeri, telur ayam kampung, telur bebek dan telur asin yang mentah ataupun yang sudah masak ada di sini. Ketika saya tanya “Telur Dinosaurus ada ga Bu?” Ibu ini malah tertawa renyah mendengar pertanyaanku. Iya, maklum bu, saya suka cari yang agak berbeda he…he..he..

Sebelah ibu ini ada kios daging sapi, or we should call her butcher? Hanya ada 1 buther di pasar ini. Saya jarang sekali mampir ke kios ini, bahkan bisa dibilang dalam satu tahun hanya 6 kali ke kios ini, karena kebetulan keluarga kecil saya kurang begitu suka dengan daging sapi. Ibu ini juga menjual jeroan sapi seperti babat, usus, paru, limpa dan hati. Kalau tidak dilarang suami, sudah pasti jeroan ada di setiap menu saya. Ibu ini juga menjual dendeng sapi traditional.

Bersebelahan dengan butcher, ada kios ikan basah langganan saya, hampir setiap ke pasar saya tidak penah absen mengunjungi ibu ini. Ikan bawal laut, udang, balakutak dan kerang darah menjadi fav keluarga kecil saya.

Sementara itu maju ke depan sedikit ada kios ikan asin langganan saya juga, hanya saya yang doyan ikan asin di rumah. Si AA atau Koko ya? Saya manggilnya AA, tapi ibu-ibu yang lain memanggilnya Koko. Saya seringnya membeli asin selar, cumi atau teri. Satu-satunya kios yang khusus menjual asin tanpa dicampur menjual yang lainnya.

Di seberangnya ada kios sayur langganan saya. Sebenarnya dulu langganan saya yang persis di sebelah kios asin, tapi karena si penjual melewati antrian saya dan mendahulukan yang lain, saya jadi illfeel dan pindah ke seberangnya. Benar-benar susah mengajarkan orang dewasa budaya antri. Ibu sayur ini lebih cerewet dan mempunyai langganan banyak setelah dia merubah strategi berdagangnya. Promonya lebih ke hadiah langsung. Jadi misalkan kita berbelanja seharga 20K, ibu ini akan memberikan bonus sayuran lainnya yang dia pilih secara random senilai 4K, what a generous saler…he…he…he…

Maju sedikit lagi ada kios macam-macam buah dan kios khusus menjual macam-macam pisang. Di depannya ada satu kios yang khusus menjual Pork. Ada juga kios masakan jadi seperti yang di tengah tadi. Di deretan paling depan, dekat pintu masuk ada 2 kios hasil bumi dan penjual masakan emper juga ada penjualan macam-macam kue seperti yang tadi di belakang. Ada juga kios beras, di sebelahnya ada kios yang pedagangnya seorang opa-opa, karena masih menyisakan kegantengan masa mudanya saya lebih suka manggil dia Opa. Si opa ini menjual ubi, singkong, pisang nangka yang siap goreng, terkadang juga ada kolang kaling dan pakcoy. Saya sendiri bingung sebenarnya opa ini menjual apa.

Well, sekian dulu cerita saya tentang Pasar traditional ini. Oh iya, ada satu yang kelewat, ada toko bahan kue juga di sini. Nanti saya tambahin lagi kalau kira-kira ada kios yang terlewat atau kios baru lagi.

PS : Thank u for my lovely yang selalu nganterin belanja dan bawain kantong belanja saya. Luv you Full…